
Puluhan Warga Tertipu dengan Janji Kerja yang Tidak Terwujud
Beberapa puluhan warga di wilayah Asahan, Sumatera Utara, menjadi korban penipuan terkait rekrutmen kerja. Mereka tertarik dengan tawaran pekerjaan yang menjanjikan pendapatan fantastis dan akhirnya menyerahkan uang sejumlah besar tanpa mendapatkan apa pun. Penipuan ini dilakukan oleh seorang pria berinisial ZS, yang mengaku dapat membantu masyarakat bekerja di perusahaan ternama.
Para korban awalnya diberi janji bahwa mereka akan diterima bekerja di PT PP Presisi dalam proyek pembangunan jalan Tol Kisaran-Rantauprapat. Namun, setelah menyetorkan uang mulai dari Rp 800 ribu hingga Rp 5 juta, proses rekrutmen tidak pernah terjadi. Bahkan, banyak dari mereka menyadari ada hal yang tidak wajar saat diminta untuk membayar biaya administrasi dan pelatihan.
Menurut salah satu korban, Iyan, jumlah uang yang dibayarkan bervariasi, namun rata-rata berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Ia mengungkapkan bahwa kini ia hanya berharap uang yang telah disetor bisa dikembalikan agar bisa digunakan untuk kebutuhan keluarga.
Banyak korban lain juga mengeluhkan hal serupa. Diperkirakan ada sekitar 300 orang yang tertipu oleh ZS. Beberapa dari mereka dijanjikan posisi seperti pekerja lapangan, supir, atau admin gudang. Namun, semua janji itu tidak terwujud. Kini, para korban hanya bisa berharap keadilan dan pengembalian uang yang telah hilang.
Polsek Kota Kisaran turun tangan untuk mengamankan situasi agar tidak terjadi keributan. Petugas juga memberikan himbauan kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak melakukan tindakan anarkis.
Pengalaman Serupa di Yogyakarta
Penipuan kerja bukan hanya terjadi di Asahan. Di Yogyakarta, seorang perempuan bernama Puspa juga menjadi korban penipuan yang mirip. Awalnya, ia tertarik dengan iklan lowongan kerja di media sosial, khususnya Facebook. Setelah memposting kemampuannya, ia dihubungi oleh seorang wanita yang menawarkan pekerjaan di Macau. Selanjutnya, komunikasi dilakukan melalui WhatsApp dan video call.
Puspa akhirnya diberangkatkan ke Thailand sebagai staf dapur dengan gaji 900 dollar. Namun, tiket yang diberikan bukan ke Thailand, melainkan ke Ho Chi Minh, Vietnam. Saat sampai di sana, ia ditemani seorang pria menggunakan motor dan akhirnya dibawa ke Kamboja. Di sana, ia sadar bahwa dirinya justru terlibat dalam aktivitas penipuan online.
Dalam sistem kerja yang diterapkan, Puspa dan rekan-rekannya dibagi menjadi beberapa peran, termasuk customer service dan resepsionis. Mereka diarahkan untuk mengunduh aplikasi dan melakukan top up secara bertahap. Korban dijanjikan bisa menarik dana dengan bimbingan dari admin yang tampak profesional. Namun, dalam praktiknya, mereka harus menipu orang-orang di luar Indonesia.
Puspa mengungkapkan bahwa kondisi kerja sangat buruk. Ia harus memenuhi target penipuan hingga Rp300 juta per bulan. Jika gagal, ia hanya menerima separuh gaji. Bahkan, jika hanya mendapat Rp100 juta, ia tidak digaji sama sekali. Hukuman bagi pekerja yang tidak memenuhi target sangat berat, termasuk risiko disetrum atau dipukuli.
Setelah mengalami penyiksaan dan kondisi yang tidak manusiawi, Puspa berhasil kembali ke Indonesia. Ia kini mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial DIY. Dengan bantuan tersebut, ia kini dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.
Tips untuk Menghindari Penipuan Kerja
Untuk mengenali lowongan kerja bodong, penting bagi pencari kerja untuk selalu waspada. Ciri-ciri umum dari lowongan palsu adalah permintaan uang dengan alasan biaya administrasi, pelatihan, atau seragam sebelum bekerja. Perusahaan resmi biasanya tidak pernah meminta bayaran dari pelamar.
Selain itu, lowongan bodong sering menggunakan bahasa promosi yang terlalu muluk, menjanjikan gaji tinggi tanpa pengalaman atau kejelasan posisi kerja. Waspadai juga jika informasi lowongan tidak mencantumkan alamat kantor yang jelas, domain email perusahaan menggunakan alamat gratis seperti Gmail atau Yahoo, atau nomor kontak hanya berupa ponsel pribadi tanpa identitas korporat.
Untuk memastikan keaslian, pelamar sebaiknya memeriksa reputasi perusahaan melalui situs resmi, media sosial profesional seperti LinkedIn, atau portal karier terpercaya. Bila lowongan disebar melalui pesan singkat atau media sosial tanpa sumber resmi, sebaiknya diabaikan dan dilaporkan.
Dengan sikap hati-hati dan verifikasi informasi sebelum melamar, masyarakat dapat terhindar dari jebakan penipuan lowongan kerja yang bisa merugikan secara materi maupun waktu.



Posting Komentar