P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

Biodata Anthony Budiawan, Ekonom yang Ungkap Markup Kereta Whoosh: Tiga Kali Lipat

Biodata Anthony Budiawan, Ekonom yang Ungkap Markup Kereta Whoosh: Tiga Kali Lipat

Profil Anthony Budiawan

Anthony Budiawan adalah seorang ekonom yang memiliki latar belakang pendidikan magister di bidang ekonomi bisnis dari Universitas Erasmus di Belanda. Ia lahir pada tahun 1961 dan telah menempuh berbagai jalur karier baik di dunia akademik maupun industri. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie selama periode 2011 hingga 2015.

Selain itu, Anthony juga aktif dalam dunia konsultasi manajemen dan pengembangan bisnis. Pada masa awal kariernya, ia bekerja di Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII) sejak tahun 1989 hingga 1990 dengan posisi sebagai asisten direktur urusan akademik. Setelah itu, ia mendirikan perusahaan konsultan manajemen yang beroperasi dari tahun 1996 hingga 2008. Perusahaan ini fokus pada pengembangan bisnis untuk meningkatkan produktivitas klien.

Anthony juga terlibat dalam berbagai organisasi nonprofit. Salah satunya adalah Asosiasi Eksekutif Keuangan Indonesia yang didirikan pada tahun 1975. Selain itu, ia juga menjadi salah satu pendiri Institute for Financial and Economic Advancement (IIFEA) pada tahun 2009. Dalam beberapa tahun terakhir, ia kembali mengambil peran akademik sebagai rektor institusi pendidikan swasta.

Kiprah dalam Pilpres 2024

Dalam Pilpres 2024, Anthony Budiawan menjadi salah satu dari tujuh ahli yang dihadirkan oleh tim pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam sengketa pilpres. Dalam sidang tersebut, ia menyampaikan pendapat bahwa perpanjangan pemberian bantuan sosial (bansos) oleh Presiden Joko Widodo melanggar konstitusi. Menurutnya, perpanjangan bansos dilakukan secara sepihak tanpa persetujuan DPR dan tidak ditetapkan melalui undang-undang. Hal ini, menurut Anthony, dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi.

Riwayat Pekerjaan

  • 2015: Pendiri dan Direktur Pelaksana PT Alpha Beta Informatika – InformationStrategy and Information Technology
  • 2014: Komite Audit – PT Berlian Laju Tanker
  • 2011–2015: Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie
  • 2009: Direktur Eksekutif Indonesia Institute for Financial and Economic Advancement (IIFEA)
  • 1996–2008: Managing Director dan Partner of Magnus, Managing Director dan Pendiri PT IMC Consulting, Co-founder of Consulting Alliance Group dengan kantor di Jakarta, Bangkok, dan Kuala Lumpur, serta Managing Director of PT Soltius Indonesia
  • 1994–1995: Finance Director PT Matari Advertising
  • 1993–1994: Financial Controller of PT Panca Prima
  • 1989–1993: Assistant Director of Academic Affairs – Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII)

Dugaan Markup Proyek Kereta Cepat Whoosh

Anthony Budiawan juga sempat menyampaikan pendapat tentang dugaan markup atau penggelembungan biaya dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang lebih dikenal sebagai Whoosh. Ia mencurigai bahwa partisipasi Jepang dalam tender proyek tersebut bertujuan untuk melambungkan harga.

“Jepang memang diikutkan dalam tender Jakarta-Bandung, tetapi saya mencurigai bahwa Jepang diikutkan karena ingin mengatrol harga,” ujar Anthony dalam wawancara di Forum Keadilan yang tayang di YouTube. Ia menjelaskan bahwa harga dari Cina seharusnya lebih murah, mungkin bisa mencapai 60 persen dari biaya yang ditawarkan Jepang. Oleh karena itu, Jepang diikutsertakan dalam tender untuk mengatrol harga.

Menurutnya, biaya proyek kereta cepat di Indonesia sangat mahal dibandingkan dengan proyek serupa di Cina. “Proyek sejenis di Cina biayanya hanya 17 sampai 30 juta dolar AS per kilometer. Di kita, biayanya mencapai 52 juta per kilometer. Jika dibandingkan dengan yang paling rendah, tentu hampir tiga kali lipat,” kata dia.

Anthony menilai medan kereta Jakarta-Bandung tidak terlalu sulit, sehingga harga 25 juta dolar AS per km sebenarnya sudah cukup untuk proyek tersebut. “Harus diselidiki kenapa proyek ini bisa sampai dua kali lipat lebih tinggi dari yang di Cina,” tambahnya. Ia menegaskan bahwa pembengkakan biaya dalam proyek kereta cepat tidak normal dan perlu diteliti lebih lanjut.

0

Posting Komentar