P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

Trump di PBB: Perubahan Iklim adalah Penipuan Terbesar

Featured Image

Pernyataan Presiden AS tentang Perubahan Iklim yang Kontroversial

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan pernyataan kontroversial terkait perubahan iklim selama pidatonya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Selasa (23/9). Dalam pidatonya, ia menggambarkan perubahan iklim sebagai "penipuan terbesar" yang pernah terjadi. Pernyataan ini menunjukkan kembali skeptisisme terhadap inisiatif lingkungan global dan lembaga multilateral.

Para ilmuwan telah menegaskan bahwa perubahan iklim nyata dan sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Mereka merujuk pada peningkatan suhu global, badai yang semakin ganas, serta pencairan es sebagai indikasi jelas dari dampak perubahan iklim. Organisasi seperti PBB juga telah memperingatkan bahwa menunda tindakan akan berdampak serius bagi planet Bumi dan kehidupan manusia.

Dalam pidatonya yang berlangsung selama hampir satu jam, Trump membahas isu perubahan iklim dalam beberapa menit. Ia mengkritik Uni Eropa karena mengurangi jejak karbonnya, yang menurutnya berdampak negatif pada ekonomi mereka. Ia juga memperingatkan negara-negara yang telah banyak berinvestasi dalam energi terbarukan bahwa ekonomi mereka akan menderita.

“Ini adalah penipuan terbesar yang pernah dilakukan terhadap dunia,” ujarnya kepada Sidang Umum PBB. “Prediksi-prediksi ini yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan banyak pihak lain, seringkali karena alasan yang salah, ternyata keliru.”

Trump juga menyatakan bahwa prediksi mengenai perubahan iklim dibuat oleh orang-orang bodoh yang telah menghabiskan kekayaan negara mereka dan memberi negara-negara tersebut tidak ada kesempatan untuk berhasil.

Pengunduran Diri dari Perjanjian Paris

Sejak menjabat pada Januari 2017, AS mengajukan penarikan diri dari Perjanjian Paris, sebuah perjanjian tahun 2015 yang disetujui oleh 195 negara. Tujuan dari perjanjian ini adalah menjaga suhu global tidak naik melebihi 1,5 derajat Celsius. Selain AS, Yaman, Iran, dan Libya juga menarik diri dari perjanjian ini.

Pemerintahan Trump menerapkan agenda "dominasi energi" yang fokus pada produksi dan ekspor minyak, gas, batu bara, serta nuklir. AS mengabaikan energi terbarukan, yang telah menjadi kompetitif dari segi biaya.

“Kita memiliki minyak terbanyak dari negara mana pun di dunia, minyak dan gas di dunia, dan jika Anda menambahkan batu bara, kita memiliki yang terbanyak dari negara mana pun di dunia,” katanya.

KTT Iklim di PBB

Pernyataan Trump muncul sehari sebelum Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menjadi tuan rumah KTT Iklim di PBB. KTT ini akan fokus pada rencana aksi iklim baru dari berbagai negara.

Guterres telah berusaha agar dunia tetap fokus pada transisi global dari bahan bakar fosil menuju energi bersih. Ia menekankan pentingnya investasi dalam energi terbarukan, yang mencapai angka US$ 800 miliar lebih tinggi daripada bahan bakar fosil. Angka ini meningkat hampir 70% dalam satu dekade.

Selain itu, Guterres menyatakan bahwa sekitar US$ 2 triliun dialirkan ke energi bersih pada tahun lalu. Ia menyarankan masyarakat untuk melihat alur uangnya sebagai indikator utama arah investasi energi di masa depan.

0

Posting Komentar