
Pelatihan Praktis untuk Guru Seni Budaya di Yogyakarta
Sejumlah guru vokasi seni budaya dari berbagai wilayah Jawa dan Madura mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni Budaya. Kegiatan ini berlangsung di Akademi Film Yogyakarta (AFY) pada Senin (18/8/2025), dengan fokus pada pendekatan praktis agar para peserta bisa merasakan pengalaman langsung dalam dunia produksi film.
Wadir I Bidang Akademik AFY, Suharmono, menjelaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif peserta dalam menggunakan peralatan industri film. Peserta diajarkan cara menggunakan kamera profesional, alat tata cahaya, hingga teknik produksi visual. Salah satu materi yang menarik adalah praktik tata artistik, di mana para guru diberikan kesempatan untuk membuat efek hujan buatan seperti yang digunakan di lokasi syuting film.
“Mereka mendapatkan pemahaman tentang tata artistik dan peluang kerja di bidang tersebut. Efek hujan sangat sulit karena memerlukan perhatian ekstra terhadap SOP keselamatan kerja, terutama karena berkaitan dengan listrik,” ujar Suharmono.
Efek hujan dalam produksi film digunakan untuk menciptakan suasana dramatis dalam sebuah adegan, misalnya untuk menekankan emosi atau meningkatkan intensitas cerita. Namun, tantangannya adalah efek ini sering dibuat saat cuaca cerah, sehingga diperlukan teknik khusus agar terlihat nyata di layar.
Para guru belajar bagaimana mengatur arah penyemprotan air, pencahayaan, serta sudut kamera agar efek hujan terlihat alami tanpa mengganggu proses pengambilan gambar. Dengan demikian, mereka memahami betapa pentingnya detail kecil dalam menciptakan dampak besar pada suatu adegan.
Pendekatan hands-on ini memberikan wawasan nyata tentang proses produksi film, mulai dari pra-produksi, produksi, hingga pascaproduksi. Diharapkan, para guru dapat memahami alur kerja industri kreatif dan memperkaya pembelajaran yang akan mereka sampaikan kepada siswa di sekolah masing-masing.
Program pelatihan ini menjadi sangat relevan mengingat perkembangan industri film dan konten digital yang semakin pesat. Dunia pendidikan vokasi harus mampu mengikuti dinamika ini agar siswa memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Yudi Gentong, seorang guru film dari SMKN 7 Garut, menyampaikan bahwa apa yang diajarkan di sekolah sering kali berbeda dengan realitas industri film. “Di sekolah kami mengajarkan sesuai kurikulum teoritis, namun di sini kami dikenalkan dengan praktik yang dilakukan di industri. Banyak sekolah yang alatnya tidak memadai, dan melalui kegiatan ini kami bisa langsung mengenal alat-alat yang selama ini hanya kita tahu dari buku atau teori,” jelasnya.
Melalui pelatihan ini, para guru vokasi seni budaya tidak hanya memperoleh pengetahuan teknis, tetapi juga pengalaman kolaboratif yang bermanfaat. Harapan besar diarahkan agar ilmu yang didapat dapat menjadi bekal untuk mendorong lahirnya generasi kreatif baru di bidang film dan seni visual.
“Ilmu dari sini akan kami bawa pulang ke sekolah masing-masing untuk diterapkan kepada siswa. Terlebih, industri kreatif kini menjadi cita-cita banyak generasi muda,” tutup Yudi.
Posting Komentar