
Kondisi Pasokan Gas yang Mengganggu Industri Keramik Nasional
Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) menyampaikan kekhawatiran terhadap kondisi pasokan gas yang terus-menerus mengalami gangguan tanpa solusi jangka panjang. Hal ini menyebabkan pembatasan kuota penggunaan harga gas bumi tertentu (HGBT) serta kenaikan biaya surcharge untuk gas regasifikasi LNG.
Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, menyatakan bahwa gangguan pasokan gas telah mengganggu rantai katalis positif yang sebelumnya memberi harapan bagi industri keramik nasional. Ia menilai, krisis ini memengaruhi stabilitas operasional dan ekspansi industri.
Pemutusan pasokan gas berdampak signifikan pada dua perusahaan tableware di Tangerang, yang terpaksa merumahkan 700 karyawan. Informasi yang diterima menyebutkan bahwa penggunaan gas harian dibatasi hanya 48% dari volume HGBT. Sementara itu, sisa dari kuota tersebut dikenakan surcharge sebesar 120% dari harga 14,8 dolar AS per millions of British thermal units (MMBTU), dengan alasan force majeure.
Edy menjelaskan bahwa beberapa faktor katalis yang sebelumnya mendukung pertumbuhan industri keramik kini menjadi kontraproduktif akibat krisis suplai gas. Akibatnya, rencana ekspansi pabrik keramik yang direncanakan selesai pada awal 2027 senilai Rp 8 triliun untuk tambahan produksi 90 juta meter persegi dengan penambahan sekitar 6.000 karyawan terancam batal.
Asaki mengharapkan adanya intervensi pemerintah untuk mencari solusi secepat mungkin agar tidak semakin banyak industri yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Dalam hal ini, kehadiran pemerintah sangat penting untuk menjaga iklim investasi yang baik di Indonesia, terutama bagi industri keramik yang sedang melakukan ekspansi kapasitas.
Pemulihan Pasokan Gas dan Upaya Perbaikan
Saat ini, industri keramik Indonesia menempati posisi keempat terbesar di dunia, setelah China, India, dan Brasil. Namun, krisis pasokan gas saat ini memengaruhi stabilitas industri tersebut.
Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman, mengakui bahwa pihaknya membutuhkan tambahan alokasi pasokan dari volume gas ekspor untuk memenuhi kebutuhan gas domestik. Salah satu sumber potensial adalah Blok Natuna, yang memiliki peluang monetisasi optimal di dalam negeri.
Meskipun begitu, PGN secara bertahap sedang melakukan upaya pemulihan stabilitas pasokan gas ke pelanggan di wilayah Jawa Barat dan sebagian Sumatera. Proses ini dilakukan melalui koordinasi intensif dengan kementerian dan sejumlah pemangku kebijakan terkait.
Beberapa langkah strategis diperlukan untuk memastikan kelancaran pasokan gas ke industri keramik. Selain itu, diperlukan juga regulasi yang jelas dan transparan agar investor tetap percaya dan siap berinvestasi di Indonesia.
Dengan demikian, pemulihan pasokan gas menjadi salah satu prioritas utama agar industri keramik dapat kembali stabil dan berkembang secara berkelanjutan.
Posting Komentar