P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

Video Viral Jejak Kaki Hewan di Lembang, Ini Hasil Pemeriksaan BBKSDA

Featured Image

Penemuan Jejak Kaki di Lahan Perkebunan, Ternyata Bukan Macan Tutul

Warga di Kampung Nagrak, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, melaporkan adanya jejak kaki hewan di lahan perkebunan sayur. Mereka menduga jejak tersebut berasal dari macan tutul. Video laporan warga itu menyebar secara viral di media sosial. Kejadian ini memicu kekhawatiran karena hingga kini satu ekor macan tutul liar yang kabur dari Lembang Park & Zoo (LPZ) belum juga ditemukan.

Video yang beredar menunjukkan jejak-jejak kaki hewan di area perkebunan. Lokasi penemuan disebutkan berdekatan dengan sebuah sekolah dasar. Warga khawatir karena kemungkinan besar hewan tersebut masih berkeliaran di sekitar wilayah permukiman.

Menanggapi laporan tersebut, staf hubungan masyarakat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Eri Mildranaya, mengatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dan melakukan pengecekan langsung ke lokasi. Hasil verifikasi dan pendapat ahli menyatakan bahwa jejak tersebut berasal dari kaki anjing.

Eri menjelaskan ciri-ciri jejak kaki anjing yang dapat dibedakan dari jejak macan tutul. Jejak kaki anjing biasanya memiliki bentuk yang mengumpul atau kompak dan bertumpuk. Telapak kaki juga cenderung mengerucut seperti anak panah, serta dua jari kaki tengah simetris. Selain itu, jejak kaki anjing umumnya meninggalkan bekas kuku pada empat ujung jari. Ukuran jejak kaki anjing bervariasi tergantung tekanan pada tanah, dengan panjang 6-8 sentimeter dan lebar 4-6 sentimeter.

Sementara itu, jejak kaki macan tutul lebih besar dibandingkan anjing. Panjangnya berkisar antara 7-9,5 sentimeter dan lebar kurang dari 7 sentimeter. Dengan ciri-ciri tersebut, para ahli memastikan bahwa jejak yang ditemukan bukan berasal dari macan tutul.

Sebelumnya, seekor macan tutul kabur dari kandang karantina di Lembang Park & Zoo (LPZ) pada 29 Agustus lalu. Saat itu, dua hari setelah hewan tersebut dievakuasi dari gudang balai desa di Kuningan, diduga terjebak di sana selama dua hari sebelum akhirnya keluar dari hutan.

Upaya pencarian yang dilakukan selama beberapa hari tidak membuahkan hasil. Kepala BBKSDA Jawa Barat, Agus Arianto, menyatakan bahwa kemungkinan besar macan tutul tersebut telah berpindah ke arah hutan Gunung Tangkuban Parahu. Prediksi ini didasarkan pada jalur kawasan hutan terdekat sekitar 800 meter dari LPZ.

Tim observasi lapangan di area LPZ menemukan jejak macan tutul yang menuju ke hutan. Selain itu, tim drone termal dalam dua hari terakhir juga menemukan objek yang diduga merupakan satwa tersebut bergerak ke kawasan hutan lindung yang menjadi bagian dari hutan Gunung Tangkuban Parahu.

Agus juga menyebutkan bahwa informasi dari masyarakat menunjukkan adanya bunyi-bunyian satwa peliharaannya pada malam hari. Kandang satwa tersebut berdekatan dengan kawasan hutan, sehingga memperkuat dugaan bahwa macan tutul tersebut masih berkeliaran di sekitar wilayah tersebut.

Macan tutul yang kabur diketahui berkelamin jantan dengan perkiraan usia 3,5 tahun atau masih remaja. Area yang dimasukinya adalah habitat alami macan tutul. Di kawasan hutan Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang, dan sekitarnya, terdapat taksiran populasi macan tutul sebanyak sembilan ekor. Hewan-hewan ini sering kali berkeliaran di wilayah tersebut.

0

Posting Komentar