P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11: Cerpen Tukang Cukur Halaman 72-73

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11: Cerpen Tukang Cukur Halaman 72-73

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Kurikulum Merdeka Halaman 72 dan 73

Dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas 11, siswa akan diberikan berbagai pertanyaan untuk menggali unsur-unsur intrinsik dari cerita pendek. Salah satu materi yang dibahas adalah cerpen “Tukang Cukur” karya Budi Darma. Berikut ini kunci jawaban lengkap untuk soal-soal di halaman 72 dan 73.

Menganalisis Kosakata dalam Cerpen “Tukang Cukur”

Berikut arti kosakata yang sering muncul dalam cerpen tersebut:

  • reyot = sudah sangat rusak dan hampir roboh
  • compang-camping = sudah sangat rusak biasanya untuk pakaian
  • remah-remah = sisa makanan dan sebagainya yang ketinggalan di tempat makan
  • wenter = serbuk pewarna (untuk pakaian)
  • bungkil = ampas (kacang, kedelai, kelapa) yang sudah diambil minyaknya
  • udeng = destar, ikat kepala
  • memaki-maki = marah-marah
  • dug = ikat kepala
  • semak-semak = tumbuhan perdu
  • fajar = waktu sebelum matahari terbit
  • mendesing = mengeluarkan bunyi peluru yang ditembakkan dan sebagainya
  • berkeliaran = berjalan (terbang dan sebagainya) ke mana-mana; bertualang

Mengidentifikasi Tema Utama dan Tambahan

Tema utama dari cerpen “Tukang Cukur” adalah tentang manusia yang oportunis. Dalam cerita, tokoh Tukang Cukur selalu mengikuti kelompok yang sedang menang. Sementara itu, tema tambahan adalah penggambaran kemiskinan pada zaman itu. Contohnya adalah tokoh Gito yang makan seadanya dengan pakaian yang tidak pantas dipakai.

Mengidentifikasi Tokoh Utama dan Tambahan

Tokoh utama dalam cerpen ini adalah Tukang Cukur karena ia menjadi pusat perhatian dalam cerita dan banyak hal dalam hidupnya disorot. Tokoh tambahan yang muncul hanya sesekali, yaitu Gito, ayah, Ibu, Dasuki, Kakek Leman, dan Ruslan.

Mengidentifikasi Jenis Tokoh

Tokoh protagonis adalah tokoh yang mewakili sifat-sifat baik. Contohnya adalah Gito, ayah, dan ibunya. Mereka tidak pernah berbuat jahat. Tokoh antagonis adalah tokoh yang memiliki sifat buruk, seperti Tukang Cukur yang berpindah-pindah keberpihakan. Sedangkan tokoh campuran adalah tokoh yang memiliki perwatakan baik dan buruk, seperti Ruslan.

Menentukan Sudut Pandang Pencerita

Sudut pandang pencerita yang digunakan dalam cerpen “Tukang Cukur” adalah sudut pandang orang ketiga, yaitu sudut pandang dari tokoh Gito. Pengarang tidak ikut terlibat dalam cerita dan menggunakan kata ganti “dia”.

Menjelaskan Tahap Alur Cerita

Alur cerita dalam cerpen “Tukang Cukur” terdiri dari lima tahap:

  1. Tahap pengenalan (orientasi): Saat diperkenalkan dengan tokoh bernama Gito yang memiliki latar belakang miskin.
  2. Tahap kemunculan konflik (rising action): Saat Kakek Leman menceritakan ada seorang tukang cukur yang melukai kepalanya.
  3. Tahap konflik memuncak (klimaks): Ketika Tukang Cukur berganti-ganti memihak kepada pihak-pihak yang sedang meraih kemenangan.
  4. Tahap konflik menurun (antiklimaks): Saat terjadi pertempuran di pabrik rokok Nitisemito dan ditemukan beberapa korban yang telah menjadi mayat.
  5. Tahap penyelesaian (resolution): Saat Gito mengetahui bahwa salah satu mayat yang melakukan pemberontakan NII adalah Tukang Cukur.

Mengidentifikasi Latar Tempat, Waktu, dan Suasana

Latar tempat dalam cerpen ini adalah daerah Kudus. Informasi ini terdapat pada kutipan: “Gito anak Getas Pejaten, kawasan pinggiran kota Kudus…” Latar waktu adalah September 1948–Desember 1949. Latar suasana yang terbangun adalah menegangkan dan penuh kejutan, karena cerita terjadi pada masa revolusi.

Analisis Gaya Bahasa dalam Cerpen

Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen “Tukang Cukur” sangat mewakili suasana yang penuh ketegangan. Misalnya, pada kalimat: "Setelah Kudus ditinggal oleh pasukan Siliwangi, pada suatu hari, ketika fajar hampir tiba, seluruh kota Kudus terasa bergetar-getar, langit dilalui pesawat cocor merah yang terbang sangat rendah, datang dan pergi, datang dan pergi lagi."

Amanat yang Disampaikan Penulis

Amanat yang ingin disampaikan oleh penulis adalah agar pembaca tidak memiliki sifat oportunis seperti Tukang Cukur. Dengan demikian, siswa dapat memahami pentingnya memiliki prinsip dan kesetiaan dalam kehidupan.

Posting Komentar

Posting Komentar