P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

5 Cara Mengatasi Luka Batin dari Pola Asuh Otoriter

Featured Image

Mengatasi Luka Batin Akibat Pola Asuh Otoriter

Apakah kamu pernah merasa ada sesuatu yang masih mengganggu hati meskipun sudah lama berlalu? Banyak orang dewasa masih membawa bekas dari pengalaman masa kecil mereka, terutama jika pola asuh orang tua mereka terlalu keras. Dalam beberapa kasus, hal ini bisa menyebabkan rasa takut, kurang percaya diri, dan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

Tidak hanya perempuan, konflik antara menantu laki-laki dan mertua juga bisa menjadi sumber luka batin. Begitu pula, anak-anak yang tampak tegar setelah orang tua bercerai seringkali menyembunyikan luka batin yang dalam. Namun, apakah luka batin akibat pola asuh otoriter bisa sembuh?

Psikolog Klinis Ratih Ibrahim, M.M., menjelaskan bahwa setiap orang memiliki peluang untuk pulih. Menurutnya, kunci utamanya adalah daya resiliensi yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia. Daya resiliensi ini memungkinkan seseorang untuk bangkit dari pengalaman buruk dan menghadapi situasi sulit dengan respons yang lebih positif.

Berikut beberapa cara untuk sembuh dari luka batin akibat pola asuh otoriter:

1. Mendefinisikan Diri dengan Jujur

Langkah pertama yang disarankan oleh Ratih adalah berani mendefinisikan diri sendiri. Tanyakan pada diri sendiri, "Sebenarnya saya ini siapa?" Apakah saya korban, survivor, atau tidak berdaya? Dengan menentukan definisi diri yang jelas, seseorang bisa lebih mudah menentukan arah hidup tanpa terjebak dalam luka masa lalu.

2. Menghargai Apa yang Dimiliki

Langkah selanjutnya adalah mengingat kembali hal-hal yang sudah dimiliki, sekecil apa pun itu. Ratih menekankan pentingnya menghargai hal-hal sederhana yang ada dalam diri agar seseorang lebih bersyukur dan melihat hal-hal positif dari diri sendiri. Misalnya, bersyukur atas dua kaki yang sehat atau rambut yang indah.

3. Mengenali Kekuatan Diri

Refleksi terhadap kemampuan pribadi sangat penting. Dengan cara ini, seseorang bisa menemukan sumber kekuatan dari dalam diri. Tanyakan pada diri sendiri, "Saya bisa apa?" Hal ini akan menjadi sumber kekuatan untuk sembuh dan meningkatkan rasa percaya diri.

4. Membuat Narasi Baru atas Luka Masa Lalu

Ketika mulai merasa lebih pulih, Ratih menyarankan untuk meninjau kembali pengalaman pahit yang pernah dialami. Alih-alih terus menganggapnya sebagai ketidakadilan, pengalaman tersebut bisa didefinisikan dengan cara yang lebih positif. Contohnya, menganggap bahwa pengalaman tersebut membuat seseorang lebih mandiri, lebih pintar, dan memahami kriteria pasangan hidup yang diinginkan.

5. Pahami Kalau Kamu Berharga

Setiap orang berhak sembuh dari luka masa lalu. Ratih menegaskan bahwa kuncinya bukan melupakan, melainkan mendefinisikan ulang pengalaman dengan cara yang lebih sehat. Pahamilah bahwa diri kamu berharga dan harus berbahagia. Dengan perspektif yang berbeda, hati akan lebih tenang dan langkah ini menjadi bentuk mencintai diri sendiri.

Dengan kasih pada diri sendiri, resiliensi, serta keberanian membangun narasi positif, seseorang bisa berdamai dengan masa lalu dan melangkah ke depan dengan lebih tenang. Proses penyembuhan membutuhkan waktu dan usaha, tetapi dengan dukungan yang tepat, luka batin bisa sembuh dan menjadi batu loncatan untuk tumbuh lebih kuat dan bijak.

Posting Komentar

Posting Komentar