P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

Jumlah Kasus Keracunan MBG: Data Pemerintah dan JPPI

Featured Image

Kasus Keracunan Akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Terus Berulang

Kasus keracunan akibat program makan bergizi gratis (MBG) terus terjadi sejak pelaksanaannya dimulai pada Januari 2025. Di Jawa Barat, misalnya, sebanyak 657 pelajar mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG. Kejadian ini terjadi di beberapa sekolah di Kecamatan Kadungora, Garut, pada 16 September 2025.

Siswa mulai menunjukkan gejala keracunan setelah memakan makanan yang disalurkan oleh dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Al Bayyinah. Akibat dari kejadian tersebut, dapur MBG itu kini ditutup sementara untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Sejak program MBG diluncurkan, berbagai lembaga pemerintah dan non-pemerintah melakukan pemantauan terhadap pelaksanaannya. Namun, data mengenai jumlah kasus keracunan menu MBG masih bervariasi antar lembaga.

Data Korban Keracunan MBG Diperkirakan Capai Lima Ribu Orang

Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Muhammad Qodari menyebutkan bahwa tiga lembaga memiliki data yang berbeda-beda mengenai jumlah korban keracunan menu MBG. Ketiga lembaga tersebut adalah BGN, Kementerian Kesehatan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Meskipun data ketiganya berbeda, secara umum jumlah korban keracunan MBG berada di kisaran lima ribu orang.

Qodari menjelaskan bahwa BGN mencatat ada 5.080 korban dengan 46 kasus. Sementara itu, Kementerian Kesehatan mencatat sekitar 60 kasus keracunan MBG dengan jumlah korban sebanyak 5.207 orang. BPOM mencatat sebanyak 55 kasus dengan jumlah korban 5.320 orang. Selain itu, koalisi masyarakat sipil, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), mencatat data keracunan menu MBG sebanyak 5.360 orang, meskipun tidak disebutkan jumlah kasusnya.

Menurut Qodari, ada empat penyebab utama kasus keracunan menu MBG, yaitu higienitas makanan, suhu makanan dan ketidaksesuaian pengolahan pangan, kontaminasi silang dari petugas, serta indikasi adanya alergi pada penerima manfaat.

Data BGN: Korban Keracunan MBG Mencapai 4.711 Orang

Pada hari yang sama, BGN mengumumkan bahwa insiden keracunan menu MBG menyebabkan 4.711 penerima manfaat mengalami berbagai gejala keracunan. BGN mencatat sebanyak 45 kasus keracunan atau kejadian luar biasa (KLB) dalam program makan bergizi gratis sejak pertama kali berjalan pada Januari 2025.

Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan data tersebut dihimpun langsung dari lapangan oleh Deputi Bidang Pemantauan dan Pengawasan. Menurut dia, kasus keracunan biasanya terjadi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi baru. "SPPG baru memang masih membutuhkan kebiasaan dan mitigasi sendiri," ujarnya.

Dadan membagi kasus keracunan tersebut ke dalam tiga wilayah. Wilayah pertama terdiri dari kawasan Indonesia bagian barat dengan total 7 kasus, wilayah kedua meliputi pulau Jawa dengan 27 kasus, dan wilayah ketiga meliputi Indonesia bagian timur dan kawasan sebanyak 11 kasus.

Dadan mengakui bahwa program yang menelan dana puluhan triliunan rupiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun, lembaganya akan terus melakukan perbaikan seiring dengan penambahan dapur guna mencapai target. Ia juga menyatakan bahwa jumlah sajian makanan keracunan hanya 4.711 porsi dari 1 miliar porsi yang sudah dimasak selama 9 bulan program berjalan. "Jadi alhamdulillah sebagian besar anak memang senang dengan program makan bergizi," kata dia.

JPPI Catat 5.360 Anak Alami Keracunan Makan Bergizi Gratis

Di sisi lain, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) merilis hasil pemantauan terbaru mengenai kasus keracunan massal yang diduga berasal dari program MBG. Hingga pertengahan September 2025, organisasi ini mencatat sedikitnya 5.360 anak di berbagai daerah mengalami keracunan setelah menyantap makanan dari program pemerintah tersebut.

Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, menyatakan bahwa jumlah ini bisa dipastikan lebih besar karena banyak sekolah dan pemerintah daerah justru memilih menutupi kasus. Ia menilai temuan tersebut menjadi bukti kegagalan tata kelola MBG yang dikendalikan BGN. “Kalau hanya sekali, mungkin bisa disebut kesalahan teknis. Tapi bila ribuan anak menjadi korban di banyak tempat, ini jelas kesalahan sistemik,” ujarnya.

JPPI menegaskan bahwa insiden berulang ini telah menjadikan MBG sebagai ancaman serius bagi keselamatan siswa. Alih-alih meningkatkan gizi dan kesehatan, program ini justru menjerumuskan anak ke dalam penderitaan dan risiko kehilangan nyawa. “Kami tidak tega melihat anak-anak yang harus dilarikan ke rumah sakit, berjuang dengan selang infus di tangan mungil mereka. Presiden dan BGN jangan sekali-kali bermain-main dengan nyawa anak-anak bangsa,” katanya.

Atas temuan tersebut, JPPI mendesak Presiden Prabowo Subianto menghentikan sementara program MBG dan melakukan evaluasi menyeluruh. Organisasi ini juga menyerukan agar keselamatan anak ditempatkan di atas target politik pemerintah.

Posting Komentar

Posting Komentar