P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

Membangun Budaya Siaga Bencana, BMKG Adakan Sekolah Lapang Gempa untuk Siswa dan Masyarakat

Featured Image

Sekolah Lapang Gempabumi di Purwakarta, Fokus pada Kesiapsiagaan dan Edukasi

Pada hari Senin lalu (29/09), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Deputi Bidang Geofisika menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) di Pondok Pesantren Al-Irfan, Desa Mekargalih, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Wakil Ketua Komisi V DPR RI Dapil Jabar VII, Syaiful Huda, Direktur Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu, Setyoajie Prayoedhie, serta perwakilan dari instansi terkait seperti Balai Besar BMKG Wilayah II, Kepala Stasiun Geofisika Bandung, aparat TNI/Polri, tokoh agama, pimpinan pesantren, dan para santri.

Dalam sambutannya, Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama, menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan aktivitas gempa yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh posisi Indonesia yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Selain itu, terdapat 13 zona megathrust dan lebih dari 295 sesar aktif yang dapat memicu gempa bumi besar dan tsunami.

Nelly menyoroti beberapa peristiwa gempa di Jawa Barat dalam dekade terakhir sebagai pengingat bahwa gempa bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Contohnya adalah Gempa Cianjur tahun 2022, Gempa Sumedang 2023, Gempa Kertasari 2024, hingga Gempa Bekasi Agustus 2025 yang juga dirasakan di Purwakarta.

Dengan tema “10 Tahun SLG, 10 Tahun Ngawangun Kasiapsiagaan Pikeun Salamet tina Musibah Gempabumi di Wewengkon Jawa Barat”, BMKG ingin menegaskan pentingnya membangun kesiapsiagaan yang berkelanjutan melalui edukasi, latihan, dan kolaborasi lintas sektor.

Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syaiful Huda, mengapresiasi penyelenggaraan SLG ini. Menurutnya, Jawa Barat memiliki banyak pertemuan sesar dan megathrust, sehingga sosialisasi seperti ini sangat penting. Ia menegaskan bahwa inisiatif ini perlu didukung, baik secara regulasi maupun praktis.

Syaiful Huda menambahkan bahwa pendidikan kebencanaan perlu masuk ke dalam kurikulum sekolah. Tiga tahun lalu, pihaknya telah menginisiasi agar pengetahuan kebencanaan menjadi bagian dari kurikulum baru. Ia menilai, jika pengetahuan ini sudah menjadi bagian dari pembelajaran, maka akan membentuk perilaku yang lebih siap menghadapi bencana.

Menurut Nelly, kesiapsiagaan masyarakat merupakan kunci utama dalam mengurangi risiko bencana. Diingatkannya bahwa Jawa Barat diguncang ribuan kali gempa setiap tahunnya, sehingga masyarakat perlu dipersiapkan agar tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa.

Ia juga menyampaikan bahwa dengan adanya sistem peringatan dini gempa di 40 titik, masyarakat memiliki "golden time" yang sangat berharga untuk menyelamatkan nyawa. Oleh karena itu, kesadaran saja tidak cukup, tetapi harus diwujudkan dalam sikap siaga, latihan rutin, serta kerja sama antar lembaga dan masyarakat.

Acara ini juga diikuti oleh seluruh Kepala Stasiun Geofisika se-Indonesia secara daring. Ini menjadi momen peringatan 10 tahun penyelenggaraan Sekolah Lapang Gempabumi. BMKG menekankan bahwa kesiapsiagaan harus dibangun secara bersama-sama, bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga masyarakat luas.

Harapan besar diucapkan oleh Nelly agar kegiatan ini dapat memperkuat kesiapsiagaan masyarakat Jawa Barat, khususnya di Purwakarta, sehingga mampu menjadi masyarakat yang tangguh dan selamat dari bencana.

Posting Komentar

Posting Komentar