P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

Sering Makan Belut? Ini Bahaya yang Harus Diketahui

Featured Image

Keunikan dan Manfaat Belut sebagai Bahan Makanan

Belut adalah hewan yang memiliki bentuk panjang mirip ular, namun memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak orang. Meskipun penampilannya mungkin terlihat menyeramkan bagi sebagian orang, belut menjadi salah satu bahan makanan yang disukai karena rasanya gurih dan teksturnya lembut. Dulu, hidangan berbahan dasar belut mudah ditemukan di berbagai tempat, tetapi kini semakin jarang ditemui di restoran modern. Hanya beberapa warung atau tempat makan tradisional yang masih menyajikan menu belut.

Belut bisa diolah menjadi berbagai jenis masakan yang lezat, seperti belut goreng kering, belut serundeng yang gurih dan manis, serta belut cobek pedas atau pepes belut yang kaya rempah. Setiap olahan ini mampu memancing selera makan siapa pun hanya dengan membayangkannya.

Menurut Dosen Pendidikan Biologi dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Nur Hidayatullah Romadhon, belut (Monopterus) termasuk dalam spesies ikan yang memiliki bentuk tubuh panjang dan mirip ular. Hewan ini hidup di perairan tawar seperti sawah, rawa, dan sungai. Selain rasanya yang enak, belut juga kaya akan nutrisi. Kandungan proteinnya sangat tinggi, serta mengandung asam lemak omega-3, vitamin A, zat besi, dan kalsium.

Dalam 100 gram belut, kandungan vitamin A dan vitamin B12 dapat memenuhi lebih dari 100% kebutuhan harian. Vitamin-vitamin tersebut penting untuk menjaga kesehatan mata, membantu produksi energi, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Selain itu, belut juga menjadi sumber alami vitamin D, dengan kandungan yang mencapai lebih dari setengah kebutuhan harian per 100 gram. Vitamin D berperan sebagai hormon yang penting untuk kesehatan tulang dan sistem imun.

Salah satu hal menarik tentang belut adalah kadar merkuri yang rendah. Meskipun hidup di lingkungan berlumpur, penelitian menunjukkan bahwa belut memiliki kadar merkuri yang jauh lebih rendah dibandingkan ikan populer seperti cod atau tuna kaleng. Beberapa lembaga internasional seperti American Pregnancy Association dan Environmental Defense Fund mengategorikan belut sebagai ikan yang aman dikonsumsi karena kandungan merkuri yang rendah.

Meskipun belut dianggap sebagai makanan sehat, mengonsumsinya secara berlebihan setiap hari bisa menimbulkan risiko kesehatan. Dayat, seorang ahli dari UM Surabaya, menyatakan bahwa dalam 100 gram daging belut terdapat sekitar 185 mg kolesterol. Bagi individu dengan risiko penyakit kardiovaskular, konsumsi kolesterol berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan berpotensi menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke, dan masalah lainnya.

Selain itu, lingkungan hidup belut yang berlumpur membuatnya rentan tercemar oleh logam berat seperti merkuri dan timbal, serta bahan kimia dari limbah industri. Fenomena bioakumulasi bisa terjadi pada belut, di mana racun dari lingkungan menumpuk lebih cepat daripada kemampuan tubuh untuk mengeluarkannya. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, belut yang terkontaminasi logam berat dapat menyebabkan gangguan ginjal, gangguan sistem saraf, dan masalah perkembangan janin pada ibu hamil.

Selain risiko kolesterol dan kontaminasi logam berat, konsumsi belut secara terus-menerus juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Meskipun belut kaya akan protein, diet sehat memerlukan variasi makanan yang seimbang. Konsumsi belut setiap hari dapat menyebabkan asupan protein dan lemak berlebihan, sementara nutrisi penting seperti serat, yang banyak ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran, menjadi kurang terpenuhi.

Ketidakseimbangan ini dalam jangka panjang dapat memicu gangguan pencernaan, obesitas, serta kekurangan mikronutrien. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam pola makan agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai risiko penyakit.

Posting Komentar

Posting Komentar