P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

3 Emiten Besar Siap IPO di Akhir Tahun, Peluang Superbank Listing Meningkat?

Featured Image

Perusahaan Raksasa Siap Melantai di Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan adanya calon emiten berskala besar yang akan mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) hingga akhir 2025. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa sektor yang berpotensi melantai di bursa mencakup infrastruktur, pertambangan, dan finansial. Meski begitu, ia belum dapat memastikan apakah perusahaan tersebut akan melantai di BEI tahun ini atau pada 2026.

Perusahaan yang disebut sebagai lighthouse company merupakan perusahaan mercusuar yang ditargetkan bursa untuk IPO setiap tahunnya. Karakteristik utama dari lighthouse company adalah minimum kapitalisasi pasar sebesar Rp 3 triliun dan realisasi free float minimal 15%. Nyoman menyatakan bahwa merujuk laporan keuangan beberapa perusahaan di sektor finansial, tambang, dan infrastruktur telah memenuhi kriteria eligible untuk melantai tahun ini. Namun, prosesnya akan bergantung pada respons dan kesiapan perusahaan saat BEI melakukan permintaan informasi.

Superbank Jadi Sorotan

Di tengah kabar mengenai IPO perusahaan raksasa tersebut, aksi PT Super Bank Indonesia atau Superbank untuk mencatatkan sahamnya lewat IPO semakin menguat. Superbank disebut telah menunjuk Sucor Sekuritas sebagai underwriter atau penjamin emisi efek IPO Superbank. Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada informasi pasti mengenai kapan listing akan dilakukan di BEI. Kabar terbaru menyebutkan bahwa Superbank telah melakukan uji minat dan pengenalan kepada calon investor di pasar modal perihal rencana IPO.

Usai kabar tersebut muncul, pihak media juga telah mengonfirmasi ke CEO PT Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya. Namun, hingga berita ini diterbitkan, Bernadus belum memberikan tanggapan.

Uji Minat Sebelum Listing

Menurut informasi yang dibagikan oleh Stockbit Sekuritas pada pertengahan Oktober lalu, bank digital yang terafiliasi dengan Grup Emtek dan Grab itu disebut akan menggunakan mayoritas dana IPO untuk berbagai keperluan. Sebanyak 70% dari dana hasil IPO disebut akan digunakan oleh Superbank sebagai modal kerja untuk penyaluran kredit. Sementara sisanya akan digunakan untuk belanja modal termasuk pengembangan sistem dan produk teknologi informasi.

Kabar IPO Superbank yang berada di bawah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sejalan dengan pengumuman terbaru BEI yang menyebut akan ada sektor finansial yang akan IPO. Namun, ketika ditanya apakah perusahaan di sektor finansial tersebut adalah Superbank, Nyoman berkelit.

Kinerja Keuangan Superbank Semester III 2025

Meski tidak memberikan komentar atas rumor atau spekulasi pasar, Superbank mencatatkan kinerja solid hingga kuartal ketiga 2025. Perusahaan yang juga di bawah Grab, Singtel, dan Kakao Bank itu membukukan laba sebelum pajak (Profit Before Tax atau PBT) sebesar Rp 80,9 miliar. Capaian laba diperoleh seiring dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 176% year-on-year (YoY) menjadi Rp1,1 triliun.

Strategi digital-first Superbank dalam membangun bisnis yang berkelanjutan dan efisien turut mendukung pertumbuhan ini. Presiden Direktur Superbank Tigor M Siahaan mengatakan bahwa perusahaan mencatatkan 5 juta nasabah sejak peluncuran aplikasi digitalnya pada Juni 2024. Aktivitas transaksi harian juga meningkat dengan tumbuh lebih dari 40% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Pertumbuhan nasabah yang pesat turut mendorong peningkatan di seluruh indikator utama keuangan. Hingga Kuartal III 2025, total penyaluran kredit mencapai Rp9,04 triliun, tumbuh 84% YoY, seiring perluasan akses pembiayaan di segmen ritel dan produktif. Pertumbuhan ini mendorong total aset meningkat menjadi Rp16,5 triliun atau naik 70% YoY, menegaskan kemampuan Superbank memperluas pembiayaan secara sehat dan bertanggung jawab.

Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh 203% YoY menjadi Rp 9,8 triliun, mencerminkan peningkatan kepercayaan publik terhadap layanan digital Superbank. Menurut Tigor, integrasi ekosistem yang kuat menjadi penggerak utama dalam memperluas akses dan mempercepat inklusi keuangan digital di masyarakat. Ia menegaskan bahwa Superbank terus menjaga kinerja yang sehat dengan manajemen risiko yang disiplin dan efisiensi operasional yang meningkat. Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di tingkat 92%, sementara Net Interest Margin (NIM) meningkat menjadi 10,64%, dan Cost to Income Ratio (CIR) turun tajam menjadi 70,14% dari 149,65% tahun lalu. Kualitas aset tetap terjaga dengan NPL Gross di 2,83% dan NPL Net di 1,21%, menegaskan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit dan pengelolaan risiko.

Posting Komentar

Posting Komentar