P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

Rupiah Turun ke Rp16.733! Investor Khawatir Fed Tunda Pemangkasan Suku Bunga

Featured Image

Rupiah Kembali Melemah Akibat Tekanan Eksternal dan Data Ekonomi

Nilai tukar rupiah mengalami penurunan pada awal perdagangan hari Rabu. Berdasarkan data pasar spot, kurs rupiah melemah sebesar 25 poin atau 0,15 persen menjadi Rp16.733 per dolar AS, dibandingkan posisi penutupan sebelumnya di tingkat Rp16.708 per dolar AS. Pelemahan ini menunjukkan bahwa rupiah masih menghadapi tekanan dari berbagai faktor eksternal maupun internal.

Menurut analisis dari Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, pelemahan rupiah kali ini terutama disebabkan oleh kekhawatiran investor global terhadap rencana pemangkasan suku bunga yang tertunda oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Pernyataan beberapa pejabat The Fed yang menurunkan ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, termasuk terhadap rupiah.

Dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 29 Oktober 2025, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 3,75–4 persen. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa belum ada kepastian tentang kemungkinan penurunan suku bunga selanjutnya. Hal ini membuat para investor semakin ragu terhadap arah kebijakan moneter AS.

Pasar saat ini sedang menantikan pertemuan FOMC berikutnya pada 9–10 Desember 2025. Dari data terbaru, ekspektasi terhadap pelonggaran moneter lebih lanjut telah menurun, dari 94 persen menjadi sekitar 65 persen. Perubahan ini menunjukkan adanya skeptisisme di kalangan pembuat kebijakan The Fed mengenai kebutuhan untuk melakukan pemangkasan suku bunga tambahan.

Selain faktor eksternal, kondisi dalam negeri juga turut memengaruhi nilai tukar rupiah. Pelaku pasar kini sedang menunggu pengumuman data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal III-2025 yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada siang hari ini. Data ini akan menjadi indikator penting untuk mengevaluasi kinerja ekonomi nasional.

Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan melambat menjadi 5,04 persen secara tahunan (yoy), turun tipis dari 5,12 persen di kuartal sebelumnya. Pelemahan ini dipengaruhi oleh perlambatan sektor investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), yang terlihat dari penurunan penjualan semen serta perlambatan impor barang modal.

Dengan kombinasi tekanan eksternal dari kebijakan moneter AS dan data ekonomi domestik yang moderat, para analis memprediksi bahwa rupiah akan bergerak dalam kisaran antara Rp16.700 hingga Rp16.780 per dolar AS dalam waktu dekat. Prediksi ini menunjukkan bahwa rupiah masih akan menghadapi fluktuasi akibat situasi yang dinamis di pasar keuangan global dan kondisi perekonomian dalam negeri.

0

Posting Komentar