P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

BI Telah Beli SBN Pemerintah Rp269,97 Triliun, Melebihi Batas?

Featured Image

Kebijakan Bank Indonesia untuk Stabilisasi Sistem Keuangan

Bank Indonesia (BI) telah melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder sebesar Rp269,97 triliun hingga akhir Oktober 2025. Dari jumlah tersebut, pembelian melalui pasar sekunder dan program debt switching dengan pemerintah mencapai Rp199,9 triliun. Hal ini disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam paparan hasil Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Thamrin, Jakarta.

Perry menjelaskan bahwa pembelian SBN menjadi salah satu dari empat kebijakan utama BI yang diterapkan sepanjang tahun ini. Empat langkah tersebut mencakup penurunan suku bunga kebijakan (BI-Rate), stabilisasi nilai tukar rupiah, ekspansi likuiditas moneter, serta pembelian SBN di pasar sekunder. Selain itu, kebijakan makroprudensial juga terus diperkuat guna mendorong penurunan suku bunga kredit dan meningkatkan likuiditas perbankan. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan kredit yang saat ini mencapai 7,7 persen year-on-year (yoy) pada September 2025.

Dalam kebijakan ekspansi likuiditas moneter, BI menerapkan strategi operasi pasar yang pro-market untuk memperkuat transmisi penurunan suku bunga. Strategi ini juga bertujuan untuk memperdalam pasar uang dan pasar valuta asing. Ekspansi dilakukan antara lain melalui penurunan outstanding Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Sejak awal tahun, nilai SRBI turun sebesar Rp210,8 triliun, dari Rp916,9 triliun menjadi Rp706,1 triliun per 27 Oktober 2025.

Selain itu, BI juga menurunkan suku bunga deposit facility menjadi 3,75 persen agar perbankan lebih aktif menyalurkan kelebihan likuiditas ke sektor riil. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat penyaluran kredit dan mendukung aktivitas produksi nasional. Kebijakan BI juga diperkuat dengan pendalaman pasar uang dan valas melalui perluasan instrumen underlying repo dalam operasi moneter. Instrumen tersebut menggunakan surat berharga berkualitas tinggi, termasuk sekuritas korporasi yang diterbitkan lembaga jasa keuangan milik pemerintah.

BI juga menerbitkan Bank Indonesia Floating Rate Note (BI-FRN) dan mengembangkan instrumen Overnight Index Swap (OIS) untuk tenor di atas overnight. Langkah ini ditujukan untuk membentuk struktur suku bunga pasar yang lebih efisien sekaligus memperluas basis investor, baik dari kalangan bank, nonbank, maupun investor asing.

Perkembangan Pasar Surat Berharga Negara

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa pasar Surat Berharga Negara (SBN) melanjutkan tren perbaikan pada kuartal III 2025. Ia menjelaskan bahwa imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) seri benchmark tenor 10 tahun turun 62 basis poin (bps) secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) ke level 6,36 persen pada akhir kuartal III 2025. Trennya terus menurun hingga level 6,07 persen pada 31 Oktober 2025 atau turun 95 bps ytd.

Selain itu, selisih imbal hasil (spread) SUN seri benchmark tenor 10 tahun dengan US Treasury tenor 10 tahun juga turun ke level 221 bps pada akhir kuartal III 2025 dan 196 bps pada 31 Oktober 2025. Pasar perdana SBN juga terjaga kuat dengan bid to cover ratio mencapai 3,86 kali selama kuartal III 2025.

Purbaya menambahkan bahwa kinerja pasar SBN didukung oleh likuiditas domestik yang memadai, kinerja fiskal yang kuat, serta prospek perekonomian domestik yang solid.

Data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Berdasarkan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), total outstanding SBN tercatat sebesar Rp6.592 triliun per akhir September 2025, terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp5.301 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1.290 triliun.

Rincian SUN terdiri dari Obligasi Negara (SUN jangka panjang) sebesar Rp5.243 triliun dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN, jangka pendek) sebesar Rp58,7 triliun. Berdasarkan kepemilikan, SUN mayoritas dipegang oleh bank swasta nasional sebesar Rp526 triliun, diikuti oleh bank pemerintah/BUMN sebesar Rp316,5 triliun dan bank asing sebesar Rp74,9 triliun. Sementara pada SPN, kepemilikan terbesar adalah bank pemerintah sebesar Rp3,45 triliun dan bank asing sebesar Rp2,58 triliun.

Posting Komentar

Posting Komentar