P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Translate

Geng Narkoba Brasil Serang Polisi dengan Pesawat Tanpa Awak, Ratusan Korban Tewas

Featured Image

Operasi Polisi di Rio de Janeiro Mengakibatkan Kematian yang Meningkat Drastis

Pada Selasa (28/10/2025), operasi besar-besaran yang dilakukan oleh aparat kepolisian di kawasan favela Alemao dan Penha, yang terletak di wilayah utara kota Rio de Janeiro, Brasil, mengakibatkan jumlah korban tewas meningkat menjadi 132 orang. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan data awal yang dirilis setelah penggerebekan berlangsung.

Operasi tersebut kini disebut sebagai salah satu peristiwa paling mematikan dalam sejarah kota Rio, yang selama bertahun-tahun berjuang melawan pengaruh jaringan kriminal di favela. Dalam beberapa hari terakhir, keluarga korban melakukan aksi unjuk rasa dengan menempatkan puluhan jenazah di sebuah alun-alun, sebagai bentuk protes terhadap skala kekerasan yang terjadi.

Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, dikabarkan sangat terkejut setelah mendengar peningkatan jumlah korban. Sebelum angka tersebut dinaikkan, Kantor HAM PBB juga telah menyampaikan kekhawatiran terhadap operasi tersebut. Situasi di lapangan digambarkan seperti medan perang, dengan baku tembak yang terjadi selama berjam-jam dan pembakaran bus untuk membentuk barikade.

Penggunaan Drone oleh Geng Narkoba

Dalam operasi tersebut, geng narkoba Brasil menggunakan pesawat tanpa awak atau drone untuk menjatuhkan bahan peledak. Hal ini menunjukkan bahwa konflik antara polisi dan kelompok kriminal semakin intensif. Gubernur Rio, Castro, mengatakan bahwa razia tersebut telah direncanakan selama dua bulan berdasarkan penyelidikan mendalam. Ia juga menyebut bahwa sosok yang ditangkap termasuk pria yang diduga sebagai pemasok narkoba utama bagi kelompok Comando Vermelho (Komando Merah).

Peningkatan jumlah korban memicu kecaman luas, terlebih karena operasi dilakukan menjelang Rio menjadi tuan rumah KTT Wali Kota Dunia C40 dan Earthshot Prize yang akan dihadiri oleh Pangeran William pada 5 November 2025. Banyak pihak menilai langkah ini akan menarik perhatian global terhadap situasi keamanan di kota tersebut.

Keberlanjutan Operasi dan Kecaman dari Berbagai Pihak

Jurnalis kriminal Brasil, Rafael Soares, menilai bahwa operasi ini tidak hanya merupakan upaya pemberantasan geng narkoba, tetapi juga sarat dengan kepentingan politik menjelang pemilihan lokal tahun depan. Menurutnya, kelompok Comando Vermelho dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan serangan untuk merebut kembali wilayah dari rivalnya, Primeiro Comando da Capital (PCC). “Operasi dengan korban tewas lebih dari 20 orang sangat jarang terjadi di Brasil, dan paling sering terjadi di Rio,” ujarnya.

Menteri Keamanan Publik Rio, Victor Santos, menyebut sekitar 280.000 penduduk terdampak penggerebekan tersebut. Rekaman menunjukkan polisi bersenjata lengkap menyusuri jalan-jalan curam dan padat penduduk di favela. “Ini sudah seperti perang yang kita saksikan di Rio. Pembiaran selama puluhan tahun membuat kejahatan mengakar di wilayah kita,” tegas Santos.

Gubernur Castro juga mengunggah foto empat polisi yang tewas dalam operasi. Ia menyebut mereka sebagai pahlawan yang gugur pada hari bersejarah dalam pertempuran melawan kejahatan terorganisir. Namun banyak keluarga korban sipil mempertanyakan narasi itu, terlebih karena sebagian jenazah ditemukan di area perbukitan, bukan di pusat pertempuran seperti klaim pemerintah.

Korban Tewas dan Penangkapan Terhadap Pelaku

Menurut laporan The Washington Post, pihak berwenang negara bagian melaporkan 115 tersangka kriminal dan empat polisi tewas, sementara Menteri Kehakiman Federal Ricardo Lewandowski menyebut korban tewas juga termasuk warga sipil tak bersalah. Identitas korban belum dirilis. Polisi menangkap 113 orang, termasuk 10 anak di bawah umur, dan menyita 118 senjata.

Lewandowski mengingatkan bahwa operasi tersebut berlangsung tanpa permintaan koordinasi resmi dan menilai tindakan polisi sangat keras. Ia menyesalkan jatuhnya korban, terutama warga sipil, seraya menegaskan bahwa pemberantasan kejahatan terorganisir memerlukan perencanaan matang.

Sebanyak 2.500 polisi sipil dan militer dikerahkan dalam operasi besar di favela Alemao dan Penha, Rio de Janeiro. Mereka datang dengan kendaraan lapis baja, helikopter, dan drone untuk menangkap pimpinan kelompok kriminal Comando Vermelho dan menghentikan ekspansi wilayah mereka. Aksi itu langsung dibalas oleh kelompok bersenjata dengan tembakan dan penggunaan drone, disertai pembakaran mobil serta blokade jalan menggunakan bus. Baku tembak berlangsung lebih dari 12 jam, membuat warga terjebak di rumah dan memicu kepanikan di kawasan padat penduduk tersebut.

Posting Komentar

Posting Komentar