
Penipuan Transplantasi dan Perdagangan Organ Manusia di Asia Tenggara
Pasar gelap penjualan organ manusia dan penipuan transplantasi tidak hanya terbatas pada transaksi medis ilegal. Di kawasan Asia Tenggara, termasuk Kamboja, Myanmar, dan Thailand, praktik ini sering kali bercampur dengan perdagangan manusia, broker palsu, dan skema online yang menipu. Berikut adalah beberapa pola penipuan yang dilaporkan oleh berbagai media internasional dan lembaga kemanusiaan.
1. Iklan Beli Ginjal Melalui Media Sosial
Banyak korban di Asia Selatan dan Asia Tenggara melaporkan menemukan tawaran “membeli ginjal” di platform seperti Facebook atau WhatsApp. Pelaku meminta uang muka, biaya administrasi, atau biaya medis palsu, lalu menghilang setelah pembayaran. Model penipuan ini umumnya menggunakan platform umum untuk menjaring orang miskin, kemudian menipu mereka dengan biaya yang tidak nyata.
2. Broker Transplant Tourism Palsu yang Menjanjikan Operasi Cepat
Permintaan pasien luar negeri untuk transplantasi cepat mendorong munculnya agen yang mengaku dapat mengatur operasi di rumah sakit asing. Dalam banyak kasus, agen ini hanya mengatur perjalanan dan meminta deposit besar, sementara operasi tidak pernah terjadi atau dilakukan secara ilegal dengan hasil berbahaya. Kasus-kasus semacam ini terkait dengan jaringan kriminal lintas negara.
3. Penipuan Melalui Jaringan Scam
Investigasi terhadap “scam centres” di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar dan kawasan lainnya menemukan bahwa sindikat kriminal tidak hanya memaksa orang melakukan penipuan online, tetapi juga mengeksploitasi korban untuk keperluan lain, termasuk pemaksaan tubuh. Skenario ini meningkatkan kerentanan korban terhadap eksploitasi medis dan penjualan organ.
4. Pembelian Darurat oleh Pasien Kaya, Lalu Ditipu (Fake Donor)
Beberapa pasien/keluarga yang putus asa mencari donor di luar jalur resmi malah mendapatkan “donor” yang ternyata tidak nyata atau hanya perantara. Mereka membayar biaya besar, namun operasi gagal terjadi karena donor palsu atau rumah sakit yang dilibatkan ternyata tidak berlisensi. Pola ini ditemukan pada jaringan yang menargetkan pasien asing di kawasan tertentu.
5. Eksploitasi Komunitas Miskin dengan Imbalan Kecil
Laporan lapangan menunjukkan bahwa komunitas miskin di beberapa negara menjadi sumber donor tubuh yang dieksploitasi. Mereka ditawari uang kecil, setelah itu menghadapi masalah kesehatan jangka panjang dan kehilangan akses layanan kesehatan. Seringkali ada unsur penipuan, seperti janji pekerjaan.
6. Skema “Donor Berbayar” yang Berubah Menjadi Jaringan Kriminal
Beberapa jaringan menggunakan iming-iming legalitas atau “program donor berbayar” yang konon sah untuk merekrut orang. Setelah itu donor dipaksa atau dikelabui, dan sebagian hasil transaksi dikuasai oleh broker kriminal yang beroperasi lintas batas. Lembaga internasional telah mengaitkan model bisnis semacam ini dengan kelompok kriminal transnasional di kawasan.
7. Penipuan Pasca-Transplantasi dengan Biaya Tambahan, Ancaman, serta Pemerasan
Setelah transfer uang atau setelah transplantasi (jika dilakukan di luar jalur aman), korban/pasien kadang-kadang menghadapi tuntutan biaya tambahan, ancaman pembocoran informasi, atau pemerasan jika hasil operasi bermasalah. Praktik ini membuat korban ragu melapor karena takut kriminal atau kehilangan uang lebih banyak.



Posting Komentar